Rabu, 11 Juli 2012

Demi Waktu Dhuha

Demi Waktu Dhuha



“Jangan…, jangan, Tuan….” Hammah sangat ketakutan karena hendak dicambuk. Saking takutnya, Hammah pun menjatuhkan tubuhnya meraih kaki Lestari, dan memegangnya erat-erat, sembari merengek meminta ampun. Namun begitu, Tari tidak mengindahkan permintaan ampun Hammah. Dia tetap berjalan, sehingga Hammah yang masih memegangi kakinya, ikut terseret dan akhirnya melepaskan pelukan di kaki Lestari.
* * *
Setiap detik dari kehidupannya berisi penderitaan semata. Dicaci, dianiaya, bahkan dimasukkan ke dalam penjara. Namun pada waktu sepenggalan matahari naik, kenikmatan shalat Dhuha secara istiqamah membasuh segala laranya. Menerbangkannya ke wajah Ilahi Rabbi. Mengangkatnya ke puncak penghambaan yang sempurna di hadapan kemahakuasaan Sang Khaliq.

Inilah novel religius yang akan menuntun jiwa Anda menjadi orang yang mampu bersabar dalam menghargai terpaan masalah dan fitnah yang datang silih berganti. Ada begitu banyak bukti kemukjizatan yang tak terduga dari laku istiqamah sang tokoh melalui shalat Dhuha-nya, tidak hanya sebagai benteng keimanan, namun sekaligus kejernihan hati yang tenteram dan teduh bak telaga Kautsar.

Jika Anda berminat mencari tahu ragam kemukjizatan shalat Dhuha bagi hidup kita, melalui sebuah bacaan novel yang enak dicerna, plus gemuruh konflik cerita, bacalah Demi Dhuha ini…Tags: novel, buku, demi dhuha, bacaan, religius, sholat dhuha, dhuha, novel religius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar